Piramida Mesir, Mumi, dan Kepercayaan
Piramida adalah monumen yang terkenal di Mesir Kuno. Piramida telah dibangun sekitar 2700 SM. oleh para raja Mesir pada zaman Kerajaan Tua dan Kerajaan Tengah sebagai simbol kerajaan. Pembangunan piramida mencapai puncaknya di bawah Fir’aun, dinasti ketiga sampai dinasti keenam (2686 SM-2345 SM).
Pembangunan
Piramida
Terdiri atas susunan batu raksasa (sampai 15.000 kg per batu).
Memerlukan banyak tenaga (ahli bangunan, pemahat, pelukis, arsitek dan budak).
Di dalam piramida berisi banyak perhiasan dan patung-patung dari emas, perak, dan permata.
Memerlukan banyak tenaga (ahli bangunan, pemahat, pelukis, arsitek dan budak).
Di dalam piramida berisi banyak perhiasan dan patung-patung dari emas, perak, dan permata.
Sphinx, singa
bermuka manusia yang juga merupakan obyek penting dalam penelitian ilmuwan,
tingginya 20 meter, panjang keseluruhan 73 meter dianggap didirikan oleh
kerjaan Firaun ke-4 yaitu Khafre. Namun, melalui bekas yang dimakan karat
(erosi) pada permukaan badan Sphinx, ilmuwan memperkirakan bahwa masa
pembuatannya mungkin lebih awal, paling tidak 10 ribu tahun silam sebelum
Masehi.
Seorang sarjana John Washeth juga berpendapat: Bahwa
Piramida raksasa dan tetangga dekatnya yaitu Sphinx dengan bangunan masa
kerajaan ke-4 lainnya sama sekali berbeda, ia dibangun pada masa yang lebih
purbakala dibanding masa kerajaan ke-4. Dalam bukunya "Ular Angkasa",
John Washeth mengemukakan: perkembangan budaya Mesir mungkin bukan berasal dari
daerah aliran sungai Nil, melainkan berasal dari budaya yang lebih awal dan
hebat yang lebih kuno ribuan tahun dibanding Mesir kuno, warisan budaya yang
diwariskan yang tidak diketahui oleh kita. Ini, selain alasan secara teknologi
bangunan yang diuraikan sebelumnya, dan yang ditemukan di atas yaitu patung
Sphinx sangat parah dimakan karat juga telah membuktikan hal ini.
Semua
dinding dihias dengan gambar dan tulisan yang mengagung-agungkan diri mereka sendiri.
Bentuk piramida yang melancip melambangkan sinar matahari, sehingga Fir’aun
yang dikubur dipercaya naik ke surga.[1]
Mumi
(mayat yang diawetkan)
Ketika raja meninggal, badannya dimumikan. Segala organ tubuh bagian dalam dikeluarkan termasuk otak (kecuali hati). Sesudah itu bahan-bahan kimia alami digunakan untuk mengawetkan tubuh kosong firaun. Proses pengawetan memerlukan waktu 70 hari. Tubuh dibungkus dengan kain-kain yang berisi jimat sebagai benda kramat yang dapat menghindari segala peristiwa buruk.
Ketika raja meninggal, badannya dimumikan. Segala organ tubuh bagian dalam dikeluarkan termasuk otak (kecuali hati). Sesudah itu bahan-bahan kimia alami digunakan untuk mengawetkan tubuh kosong firaun. Proses pengawetan memerlukan waktu 70 hari. Tubuh dibungkus dengan kain-kain yang berisi jimat sebagai benda kramat yang dapat menghindari segala peristiwa buruk.
Bangsa Mesir kuno
membuat mumi karena mereka percaya dalam kehidupan setelah kematian, seseorang
membutuhkan tubuhnya tetap utuh untuk digunakan di akhirat. Proses pembuatan
mumi bukanlah sesuatu yang baku. Seiring dengan perkembangan jaman, metode baru
terus ditemukan untuk menyempurnakan metode sebelumnya.
Awalnya, orang
Mesir kuno membuat mumi dengan hanya membungkus mayat menggunakan banyak
lapisan perban linen. Metode ini digunakan sebelum mereka memiliki pengetahuan
tentang pembalseman. Tentu saja, cara ini gagal mencegah mayat dari pembusukan.
Meskipun semua organ dalam mayat sudah dikeluarkan, tanpa adanya pembalseman,
mumi tidak akan bisa bertahan lama seperti yang diharapkan.
Seiring waktu, orang Mesir kuno menemukan metode baru
yaitu dengan merendam perban linen dalam resin yang membuat kain linen
mengeras. Kain linen yang mengeras menjadi semacam cangkang yang melindungi
mumi sehingga terhindar dari paparan udara luar. Proses ini juga memungkinkan
untuk mencetak wajah mumi sehingga nampak lebih realistis. Namun, karena proses
masih belum menyertakan pembalseman, hasil yang diperoleh masih belum maksimal.
Proses pembuatan
mumi semakin sempurna dengan ditemukannya natron atau sejenis garam alami.
Natron digunakan untuk pembalseman mumi dan bekerja dengan mengeringkan
jaringan sehingga pembusukan dapat dicegah. Proses pengeringan umumnya memakan
waktu dan beberapa bagian tubuh, seperti kuku, perlu diikat agar tidak
terlepas.
Orang Mesir kuno
percaya bahwa tubuh harus tiba dalam kondisi utuh di akhirat agar bisa
digunakan lagi. Dalam proses ini organ dalam juga tetap dikeluarkan, kecuali
jantung karena akan dibutuhkan di kehidupan yang akan datang. Seiring waktu,
metode pembuatan mumi semakin disempurnakan dengan mengisi rongga tubuh yang
kosong dengan serbuk gergaji atau linen.
Seringkali mayat diolesi dengan minyak dan
rempah-rempah sebagai bagian dari proses pembalseman. Masker dari bahan resin
yang mengeras sering ditempatkan di atas kepala dan bahu mumi agar mereka
memiliki identitas yang dapat dibedakan di akhirat. Proses mumifikasi bisa
memakan waktu hingga 60 hari. Ini berarti pemakaman baru bisa dilakukan dua
bulan setelah sang tokoh meninggal.[2]
Sistem
Keagamaan Mesir Kuno
Kepercayaan terhadap kekuatan gaib
dan adanya kehidupan setelah kematian dipegang secara turun temurun. Kuil-kuil
diisi oleh dewa-dewa yang memiliki kekuatan supernatural dan menjadi tempat
untuk meminta perlindungan, namun dewa-dewa tidak selalu dilihat sebagai sosok
yang baik; orang mesir percaya dewa-dewa perlu diberi sesajen agar tidak
mengeluarkan amarah. Struktur ini dapat berubah, tergantung siapa yang berkuasa
ketika itu.
Dewa-dewa disembah dalam sebuah
kuil yang dikelola oleh seorang imam. Di bagian tengah kuil biasanya terdapat patung
dewa. Kuil tidak dijadikan tempat beribadah untuk publik, dan hanya pada
hari-hari tertentu saja patung di kuil itu dikeluarkan untuk disembah oleh
masyarakat.
Masyarakat umum beribadah memuja patung
pribadi di rumah masing-masing, dilengkapi jimat yang dipercaya mampu
melindungi dari marabahaya. Setelah Kerajaan Baru, peran firaun sebagai
perantara spiritual mulai berkurang seiring dengan munculnya kebiasaan untuk
memuja langsung tuhan, tanpa perantara. Di sisi lain, para imam mengembangkan
sistem ramalan (oracle) untuk
mengkomunikasikan langsung keinginan dewa kepada masyarakat.
Masyarakat mesir percaya bahwa
setiap manusia terdiri dari bagian fisik dan spiritual. Selain badan, manusia
juga memiliki šwt (bayangan), ba (kepribadian atau jiwa), ka (nyawa), dan nama. Jantung dipercaya
sebagai pusat dari pikiran dan emosi. Setelah kematian, aspek spiritual akan
lepas dari tubuh dan dapat bergerak sesuka hati, namun mereka membutuhkan tubuh
fisik mereka (atau dapat digantikan dengan patung) sebagai tempat untuk pulang.
Tujuan utama mereka yang meninggal
adalah menyatukan kembali ka dan ba dan menjadi “arwah yang
diberkahi.” Untuk mencapai kondisi itu, mereka yang mati akan diadili, jantung
akan ditimbang dengan “bulu kejujuran.” Jika pahalanya cukup, sang arwah
diperbolehkan tetap tinggal di bumi dalam bentuk spiritual.
Makam
firaun dipenuhi oleh harta karun dalam jumlah yang sangat besar, salah satunya
adalah topeng emas dari mumi Tutankhamun.
Fir’aun adalah gelar dimana dalam diskusi dunia modern digunakan untuk seluruh
penguasa Mesir kuno dari
semua periode. Dahulu, gelar ini mulai digunakan untuk penguasa yang merupakan
pemimpin keagamaan dan politik kesatuan Mesir kuno, hanya selama Kerajaan Baru,
secara spesifik, selama pertengahan dinasti kedelapanbelas.
Untuk simplifikasi, terdapat kesepakatan umum di antara penulis modern untuk
menggunakan istilah ini untuk merujuk penguasa Mesir semua periode.
Keyakinan-keyakinan bangsa Mesir Kuno
1. Bangsa Mesir Kuno menyembah banyak dewa, setiap wilayah memiliki dewa khusus yang disembah. Mereka mendirikan beberapa kuil dan membuat patung para dewa. Ada daerah yang menyembah elang sebagai simbol kekuatan, ada juga yang memuja sapi sebagai simbol kebenaran dan kasih sayang.
1. Bangsa Mesir Kuno menyembah banyak dewa, setiap wilayah memiliki dewa khusus yang disembah. Mereka mendirikan beberapa kuil dan membuat patung para dewa. Ada daerah yang menyembah elang sebagai simbol kekuatan, ada juga yang memuja sapi sebagai simbol kebenaran dan kasih sayang.
Dewa yang paling tinggi ialah Ra (matahari waktu tengah hari). Dewa Ra
dipandang sebagai dewa yang melahirkan dewa-dewa lainnya:
Dewa Ra: dewa matahari
Dewa Nut : dewa langit
Dewa Geb : dewa bumi
Dewa Su : dewa hawa
Dewa Tefnit : dewa udara panas
Dewa Oziris : dewa sungai nil
Dewa Isis : dewa kesuburan
Dewa Sit : dewa padang pasir
Dewa Nefus : dewa kekeringan[3]
Dewa Ra: dewa matahari
Dewa Nut : dewa langit
Dewa Geb : dewa bumi
Dewa Su : dewa hawa
Dewa Tefnit : dewa udara panas
Dewa Oziris : dewa sungai nil
Dewa Isis : dewa kesuburan
Dewa Sit : dewa padang pasir
Dewa Nefus : dewa kekeringan[3]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar