Kamis, 27 Juni 2013
Kamis, 13 Juni 2013
Rabu, 12 Juni 2013
ritual pernikahan dalam agama Sikh
Selasa, 11 Juni 2013
Minggu, 09 Juni 2013
Kamis, 06 Juni 2013
12 KEAJAIBAN DUNIA
Kejaiban Bawah Laut Alexandria (Mesir)
Reruntuhan ini dipercaya merupakan kota Alexander Agung, di mana istana Cleopatra berada.
http://indocropcircles.wordpress.com/2012/01/16/12-peninggalan-sejarah-paling-misterius-di-dunia/
Reruntuhan ini dipercaya merupakan kota Alexander Agung, di mana istana Cleopatra berada.
Tenggelamnya kota itu diperkirakan terjadi 1.500 tahun lalu akibat gempa bumi dahsyat.
Bersamaan dengan terbenamnya istana itu,
tenggelam juga artefak-artefak yang menghiasi istana, serta
bangunan-bangunan lain dari istana Cleopatra itu.
Reruntuhan kota yang ditemukan di dasar laut ini, memang sengaja tidak diangkat ke daratan.
Pemerintah setempat berencana akan menjadikan lokasi reruntuhan ajaib di bawah laut itu sebagai wisata air.
LEGENDA SAKAKI, Pohon Suci Agama Shinto
Legenda Sakaki, Pohon Suci Agama Shinto di Jepang
Agama Shinto di Jepang, alam merupakan sesuatu yang
disucikan. Untuk dapat berhubungan dengan alam artinya dapat berdekatan dengan
Tuhan. Objek alam dipuja sebagai roh suci (disebut kami). Terutama pohon Sakaki
atau memiliki bahasa latin Cleyera japonica ini.
Pohon sakaki adalah pohon rimbun dengan daun hijau yang ditemukan di dalam
mitologi, literatur dan ritual sakral di Jepang.
Saat musim semi, pohon Sakaki mengeluarkan wewangian dengan bunga putih yang
berguguran diikuti dengan munculnya buah berbentuk kecil merah tua. Pohon ini
tumbuh di bagian bersuhu hangat di Jepang, Korea maupun Cina.
Kojiki (kitab kuno) adalah catatan yang sangat bernilai bagi agama Shinto dan
diperkirakan berasal dari abad ke-8.
Berdasarkan tulisan dan referensi lain dari mitologi Jepang, pohon Sakaki
memiliki peran yang signifikan di kisah penciptaan Jepang. Pada jaman dahulu
hidup pasangan suci bernama Izanagi dan Isanami yang membuat pulau Jepang dan
anak-anak mereka menjadi dewa-dewa di berbagai klan orang Jepang.
Anak perempuan mereka, Amaterasu (Dewi yang bersinar nan agung) lahir dari mata
kiri sang ayah yang akhirnya menjadi Dewi Matahari. Dari dewi inilah para
keluarga kekaisaran Jepang mengakui mereka berasal.
Saudara laki-lakinya Susanoo, dewa badai diberi tugas untuk memimpin lautan,
namun sebelum pergi Susanoo menghancurkan sawah-sawah dan menyebabkan tempat
tinggal Amaterasu porak poranda.
Karena merasa kesal dan marah, Amaterasu akhirnya pergi ke suatu goa dan
menutup diri. Hal ini menyebabkan dunia menjadi gelap gulita.
Untuk memancing Amaterasu keluar dari persembunyiannya, para dewa akhirnya
membawa pohon Sakaki bercabang 500 dari Gunung Kaga di surga uuntuk diletakkan
di depan pintu goa yang ditinggali Amaterasu.
Di bagian atas cabang pohon Sakaki dipasang 500 permata, dibagian tengah
diletakkan cermin dengan tinggi delapan kaki dan di bagian bawah pohon di
letakkan berbagai persembahan.
Para dewa kemudian membuat kegaduhan dan bersenang-senang di luar goa.
Amaterasu merasa penasaran mengapa para dewa masih bisa bersuka cita padahal
dunia sedang gelap gulita.
Dari luar para dewa mengatakan bahwa di sana terdapat dewi yang lebih bersinar
dari diri Amaterasu. Merasa sangat penasaran dengan pesaingnya Auumaterasu pun
keluar dan melihat pantulan dirinya dari cermin yang terpasang di pohon sakaki.
Sebelum menyadari dirinya dijebak, para dewa melempar shimenawa atau tali suci
dari jerami sebelum pintu goa tertutup. Akhirnya dunia pun kembali terang dan
kehidupan terus berlanjut.
Amaterasu dipuja di Kuil Besae Ise yang merupakan kuil utama di Jepang. Dewi
ini dimanifestasikan dalam cermin yang merupakan salah satu dari tiga harta
kekaisaran Jepang.
Sakaki sendiri di letakkan di shinno-mihashira atau tempat pusat suci yang
bertempat di atas dan dikelilingi oleh bangunan kuil yang terbuat dari kayu.
Biasanya pohon sakaki dipasangi cermin-cermin di kuil Shinto lainnya.
Pohon sakaki kerap kali dijadikan kiasan dalam berbagai literatur dan
karya-karya seni di Jepang. Sakaki juga disebut dalam penggalan tulisan kuno
keagamaan yang menyebutkan bahwa pohon ini mewakili kesetiaan dan kestabilan
selain itu juga mengekspresikan keberadaan yang abadi dan kekuatan dewi di kuil
tersebut.
Berbagai upacara keagaaman Shinto menggunakan pohon Sakaki dalam ritualnya.
Dalam upacara pita suci yang disebut gohei, menggantung tali jerami suci atau
ranting dari pohon suci sakaki digunakan untuk memanggil keberadaan roh suci.
Gohei juga dikenal dengan sebutan Oho-nusa atau persembahan suci dan tetap
digunakan dalam berbagai upacara keagamaan penting di Jepang.
Oho-nusa memakai dua tongkat yang dikaitkan berdampingan dan disambung dengan
jerami dan beberapa potongan kertas. Satu tongkat tersebut dibuat dari kayu
pohon sakaki dan yang lainnya dari bambu.
Selain itu, simbol pemujaan di wilayah Izumo yang melibatkan daun sakaki
diikatkan di atas spanduk-spanduk doa yang disebut nobori. Di kuil Izumo
terdapat banyak nobori yang menghiasi wilayah kuil dengan warnanya yang putih.[1]
[1].
Anehdunia.com. diakses pada tanggal 5-06-2013.
falsafah dan Keyakinan agama Jain
Falsafah dan
Keyakinan Jainisme.
Falsafah
Jainisme berdasarkan kebenaran-kebenaran yang abadi dan universal.
- Jiva, semua kehidupan mempunyai Jiva yang abadi. Agama ini menegaskan bahwa kita harus hidup, berfikir, dan bertindak dengan penuh hormat, termasuk menghormati sifat Jivaniah semua kehidupan. Penganut Jainisme memandang Tuhan sebagai sifat-sifat yang tidak berubah-ubah bagi Jiva, terutama sebagai Pengetahuan Tak Terhingga, Persepsi, Kesadaran, dan Kebahagian (Anant Gyän, Anant Darshan, Anant Chäritra, dan Anant Sukh). Masing-masing Jiva bebas tidak terikat. Jiva bertanggung jawab atas perbuatannya. Jiva bisa dijadikan bebas dari siklus kelahiran dan kematian. Tapi tidak semua Jiva dapat mencapai kebebasan – ada beberapa Jiva yang selamanya tidak bisa mencapai kebebasan. Masing-masing jiva bebas dari Jiva yang lain (Ini berbeda dengan ajaran Hindu Vedanta yang meyakini setiap Jiva merupakan bagian dari paramaatman). Jains meyakini bahwa ada Jiva yang tak terbatas di alam semesta – setiap kehidupan , betapapun primitifnya, adalah juga sebuah Jiva. Bagi Jains, setiap Jiva terkait dengan sesuatu, dan terlibat dalam putaran kelahiran dan kematian sejak awal. Jiva tidaklah muncul dari sesuatu yang sempurna, yang kemudian terlibat dalam perputaran kelahiran dan kematian. Beberapa Jiva atas usaha mereka sendiri, terbebaskan dan bebas dari siklus. Jiva yang bebas ini disebut Siddha. Jiva yang telah mencapai kebebasan, tidak memiliki tubuh fisik, tapi mereka memiliki pengetahuan tanpa batas, visi tanpa batas, kekuatan, sehingga kemudian dia mencapai tingkat sebagai mahluk sempurna. Jiva yang terbebaskan seperi menjadi Deva, tapi menurut keyakinan Jain, sangat berbeda dengan ide Deva yang konvensional. Jiva yang terdiri dari substansi : dharma, adharma, akash, (merupakan media pergerakan).
- Ajiva: Ajiva merupakan kebalikan dari Jiva yang berupa pudgala dan kala .( merupakan media tanpa bentuk dan tak nampak).
- Punya (baca : puniya) : Punya merupakan perbuatan baik dan religius. Ada sembilan jalan untuk mewujudkan hal itu. Dalam kenyataannya ada berbagai cara untuk melaksanakan kedermawanan seperti, memberikan makan kepada mereka yang kelaparan, memberikan minuman kepada yang kehausan, memberikan pakaian kepada yang membutuhkan dan memberikan layanan kepada mahluk hidup.
- Papa: dosa atau kejahatan, faktor utama dari perbudakan Jiva. Menyakiti atau membunuh mahluk hidup merupakan dosa besar, yang mengakibatkan hukuman yang berat.
- Asrava: menyatakan masuknya karma kedalam Jiva. Seperti halnya air masuk ke kapal melalui lubang, demikian juga karma memasuki Jiva melalui asrava. Sumber dari aktivitas menunjukkan masuknya punya (kebaikan) atau keburukan (papa), tergantung dari aktivitasnya apakah shubha (berjasa ) atau ashubha (tidak berjasa). Prinsipnya ’Perbuatan yang menyenangkan akan mengakibatkan hal yang menyenangkan’ diterima sebagai doktrin Jaina mengenai karma.
- Samvara: bermakna menghentikan, mengendalikan dan menahan masuknya karma ke dalam jiva, Samvara diakibatkan oleh pengendalian pribadi (gupti), mengendalikan pergerakan (samiti), sifat baik (dharma), kontemplasi (anupreksha), penaklukan dari prilaku kekerasan.
- Bandha: merupakan penyatuan dari jiva dengan pudgala, atau antara jiva dengan hal tanpa jiva. Jiva yang ,disertai dengan nafsu yang besar yang berasimilasi dan membentuk karma. Hal itu diakibatkan oleh : keyakinan yang salah, keteledoran yang tak terkendali, nafsu yang besar.
- Nirjara : berarti menyembunyikan, mengeringkan atau penghancuran. Nirjara adalah menghancurkan dan membakar karma yang berakumulasi. Ambil contoh sebuah tabung. Dengan menghentikan mengalirinya air masuk ke tabung, kita menahan naiknya air didalam tabung. Inilah samvara, tetapi sudah ada sejumlah air di dalam tabung. Untuk mengeringkan air ini, hal itu mungkin dapat dilakukan dengan menjemurnya di matahari. Inilah nirjara.
- Moksha :adalah puncak dari pencapaian spiritual ketika semua hambatan dapat diatasi. Jiva terbebas dari pengaruh karma Itu merupakan suatu kedamaian, keyakinan yang sempurna, pengetahuan yang sempurna , dan suatu kondisi untuk tercapainya sidhi. Moksha dapat dicapai melalui pengetahuan yang benar, keyakinan yang benar dan perbuatan yang benar.
Penganut
Jainisme menolak makanan yang diperoleh dengan kekerasan. Penganut yang
mematuhi ajaran Jainisme tidak makan, minum, atau membuat perjalanan setelah
matahari terbenam dan mereka selalu bangun sebelum matarhari
terbit. Penganut-penganut Jainisme amat ramah dan amat menghormati
kepercayaan-kepercayaan yang lain. Banyak kuil yang bukan kuil Jainisme
disucikan oleh penganut-penganut Jainisme. Keluarga Heggade
adalah sebuah keluarga Jainisme yang telah menjalankan institusi-institusi Hindu di Dharmasthala,
termasuk Kuil Sri Manjunath, selama delapan abad. Penganut-penganut Jainisme
menyumbangkan uang kepada gereja dan masjid, dan biasanya membantu majelis antar agama. Pendeta
Jainisme, seperti Acharya Tulsi dan Acharya Sushil Kumar, mempromosikan
keharmonian antara agama-agama yang bersaing untuk meredakan ketegangan.
Pendeta Jain menolak kehidupan duniawi
Pendetanya melepaskan diri dari keterikatan
keinginan fikiran, sehingga beliau hidup tanpa mengenakan busana. Dan untuk
pengendalian fisik dan fikirannya mereka senantiasa melaksanakan pola hidup
vegetarian, puasa dan tidak tanggung-tanggung, masih ada yang melaksanakan
puasa selama satu tahun pada tahun 1998 yang lalu. Adalah suatu kemuliaan
bagi penganut Jain apabila membiarkan dirinya mati kering-kerontang
kelaparan. Semoga bermanfaat.
Pendiri dari komunitas Jain adalah Vardhamana.
Dia memperoleh pencerahan pada 420 SM. Jainisme memiliki banyak kemiripan
dengan Hinduisme dan Budhisme yang lahir di area yang sama.
Patung Mahavira di Kuil Vimalsha
di Rajasthan
Ritual Jasad agama Zoroaster
Ritual Jasad agama
Zoroaster
Zoroastrianisme adalah sebuah agama dan ajaran filosofi yang didasari oleh ajaran Zarathustra yang dalam bahasa Yunani disebut Zoroaster. Zoroastrianisme dahulu kala adalah sebuah agama yang berasal dari daerah Persia Kuno atau kini dikenal dengan Iran. Di Iran, Zoroastrianisme dikenal dengan sebutan Mazdayasna yaitu kepercayaan yang menyembah kepada Ahura Mazda atau "Tuhan yang bijaksana". begitu cuplikan wikipedia
Saya yakin anda akan terperangah jika
baru pertama kali melihat foto-foto ini, ratusan mayat di biarkan membusuk di
dalam sebuah bangunan berbentuk lingkaran dan di biarkan di makan oleh burung
pemakan bangkai. Dalam pemikiran anda sahabat anehdidunia.com mungkin akan
muncul sebuah pertanyaan disisi dunia mana terdapat kengerian seperti itu?
Betulkah itu semua adalah perilaku manusia?. Bagi kita ini adalah sebuah
kejahatan yang luar biasa terhadap jasad-jasad manusia, namun ternyata ada
agama yang menganggap ini adalah sebuah pemulyaan terhadap manusia yang sudah
meninggal. Demikianlah keyakinan agama Zoroaster yang menganggap api adalah
Tuhan mereka.
Memang begitulah, dengan kacamata budaya dan agama yang berbeda sering kita temukan hal-hal yang kontradiktif terhadap apa yang kita yakini. Kadang suatu hal di anggap mulia namun menurut kita justru hal tersebut adalah gila..!!!
Tempat pemulyaan mayat tersebut dinamakan “The Tower Of Silence” atau juga di sebut sebagai “Kuil Api”. Agama Zoroaster meyakini bahwa tubuh manusia adalah tidak suci sehingga menurut mereka jasad manusia tidak boleh mengotori bumi dan api, atas dasar alasan tersebut jasad manusia tidak boleh di kubur atau di kremasi. Oleh sebab itu sahabat anehdidunia.com orang yang telah meninggal jenazahnya akan di bawa ke kuil Towers of Silence agar di makan oleh burung pemakan bangkai, burung Nasar. Setelah daging telah dimakan habis oleh burung Nasar dan tinggal tersisa tulang maka tulang tersebut akan di buang ke tengah bangunan.[1]
Langganan:
Postingan (Atom)