Falsafah dan
Keyakinan Jainisme.
Falsafah
Jainisme berdasarkan kebenaran-kebenaran yang abadi dan universal.
- Jiva, semua kehidupan mempunyai Jiva yang abadi. Agama ini menegaskan bahwa kita harus hidup, berfikir, dan bertindak dengan penuh hormat, termasuk menghormati sifat Jivaniah semua kehidupan. Penganut Jainisme memandang Tuhan sebagai sifat-sifat yang tidak berubah-ubah bagi Jiva, terutama sebagai Pengetahuan Tak Terhingga, Persepsi, Kesadaran, dan Kebahagian (Anant Gyän, Anant Darshan, Anant Chäritra, dan Anant Sukh). Masing-masing Jiva bebas tidak terikat. Jiva bertanggung jawab atas perbuatannya. Jiva bisa dijadikan bebas dari siklus kelahiran dan kematian. Tapi tidak semua Jiva dapat mencapai kebebasan – ada beberapa Jiva yang selamanya tidak bisa mencapai kebebasan. Masing-masing jiva bebas dari Jiva yang lain (Ini berbeda dengan ajaran Hindu Vedanta yang meyakini setiap Jiva merupakan bagian dari paramaatman). Jains meyakini bahwa ada Jiva yang tak terbatas di alam semesta – setiap kehidupan , betapapun primitifnya, adalah juga sebuah Jiva. Bagi Jains, setiap Jiva terkait dengan sesuatu, dan terlibat dalam putaran kelahiran dan kematian sejak awal. Jiva tidaklah muncul dari sesuatu yang sempurna, yang kemudian terlibat dalam perputaran kelahiran dan kematian. Beberapa Jiva atas usaha mereka sendiri, terbebaskan dan bebas dari siklus. Jiva yang bebas ini disebut Siddha. Jiva yang telah mencapai kebebasan, tidak memiliki tubuh fisik, tapi mereka memiliki pengetahuan tanpa batas, visi tanpa batas, kekuatan, sehingga kemudian dia mencapai tingkat sebagai mahluk sempurna. Jiva yang terbebaskan seperi menjadi Deva, tapi menurut keyakinan Jain, sangat berbeda dengan ide Deva yang konvensional. Jiva yang terdiri dari substansi : dharma, adharma, akash, (merupakan media pergerakan).
- Ajiva: Ajiva merupakan kebalikan dari Jiva yang berupa pudgala dan kala .( merupakan media tanpa bentuk dan tak nampak).
- Punya (baca : puniya) : Punya merupakan perbuatan baik dan religius. Ada sembilan jalan untuk mewujudkan hal itu. Dalam kenyataannya ada berbagai cara untuk melaksanakan kedermawanan seperti, memberikan makan kepada mereka yang kelaparan, memberikan minuman kepada yang kehausan, memberikan pakaian kepada yang membutuhkan dan memberikan layanan kepada mahluk hidup.
- Papa: dosa atau kejahatan, faktor utama dari perbudakan Jiva. Menyakiti atau membunuh mahluk hidup merupakan dosa besar, yang mengakibatkan hukuman yang berat.
- Asrava: menyatakan masuknya karma kedalam Jiva. Seperti halnya air masuk ke kapal melalui lubang, demikian juga karma memasuki Jiva melalui asrava. Sumber dari aktivitas menunjukkan masuknya punya (kebaikan) atau keburukan (papa), tergantung dari aktivitasnya apakah shubha (berjasa ) atau ashubha (tidak berjasa). Prinsipnya ’Perbuatan yang menyenangkan akan mengakibatkan hal yang menyenangkan’ diterima sebagai doktrin Jaina mengenai karma.
- Samvara: bermakna menghentikan, mengendalikan dan menahan masuknya karma ke dalam jiva, Samvara diakibatkan oleh pengendalian pribadi (gupti), mengendalikan pergerakan (samiti), sifat baik (dharma), kontemplasi (anupreksha), penaklukan dari prilaku kekerasan.
- Bandha: merupakan penyatuan dari jiva dengan pudgala, atau antara jiva dengan hal tanpa jiva. Jiva yang ,disertai dengan nafsu yang besar yang berasimilasi dan membentuk karma. Hal itu diakibatkan oleh : keyakinan yang salah, keteledoran yang tak terkendali, nafsu yang besar.
- Nirjara : berarti menyembunyikan, mengeringkan atau penghancuran. Nirjara adalah menghancurkan dan membakar karma yang berakumulasi. Ambil contoh sebuah tabung. Dengan menghentikan mengalirinya air masuk ke tabung, kita menahan naiknya air didalam tabung. Inilah samvara, tetapi sudah ada sejumlah air di dalam tabung. Untuk mengeringkan air ini, hal itu mungkin dapat dilakukan dengan menjemurnya di matahari. Inilah nirjara.
- Moksha :adalah puncak dari pencapaian spiritual ketika semua hambatan dapat diatasi. Jiva terbebas dari pengaruh karma Itu merupakan suatu kedamaian, keyakinan yang sempurna, pengetahuan yang sempurna , dan suatu kondisi untuk tercapainya sidhi. Moksha dapat dicapai melalui pengetahuan yang benar, keyakinan yang benar dan perbuatan yang benar.
Penganut
Jainisme menolak makanan yang diperoleh dengan kekerasan. Penganut yang
mematuhi ajaran Jainisme tidak makan, minum, atau membuat perjalanan setelah
matahari terbenam dan mereka selalu bangun sebelum matarhari
terbit. Penganut-penganut Jainisme amat ramah dan amat menghormati
kepercayaan-kepercayaan yang lain. Banyak kuil yang bukan kuil Jainisme
disucikan oleh penganut-penganut Jainisme. Keluarga Heggade
adalah sebuah keluarga Jainisme yang telah menjalankan institusi-institusi Hindu di Dharmasthala,
termasuk Kuil Sri Manjunath, selama delapan abad. Penganut-penganut Jainisme
menyumbangkan uang kepada gereja dan masjid, dan biasanya membantu majelis antar agama. Pendeta
Jainisme, seperti Acharya Tulsi dan Acharya Sushil Kumar, mempromosikan
keharmonian antara agama-agama yang bersaing untuk meredakan ketegangan.
Pendeta Jain menolak kehidupan duniawi
Pendetanya melepaskan diri dari keterikatan
keinginan fikiran, sehingga beliau hidup tanpa mengenakan busana. Dan untuk
pengendalian fisik dan fikirannya mereka senantiasa melaksanakan pola hidup
vegetarian, puasa dan tidak tanggung-tanggung, masih ada yang melaksanakan
puasa selama satu tahun pada tahun 1998 yang lalu. Adalah suatu kemuliaan
bagi penganut Jain apabila membiarkan dirinya mati kering-kerontang
kelaparan. Semoga bermanfaat.
Pendiri dari komunitas Jain adalah Vardhamana.
Dia memperoleh pencerahan pada 420 SM. Jainisme memiliki banyak kemiripan
dengan Hinduisme dan Budhisme yang lahir di area yang sama.
Patung Mahavira di Kuil Vimalsha
di Rajasthan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar